Lakon
kethoprak yang berjudul Jaka Kendhil yang diperankan oleh anak-anak kecil ini
diperagakan dengan begitu apik. Terkhusus dalam melakukan dialog antar
tokohnya. Di sini mereka memerankan peran masing – masing tokoh ketika saat
berdialog begitu bagus dan terkesan natural. Bahasa yang digunakan begitu
sederhana tetapi tidak mengurangi estetika kualitas suatu pertunjukan
kethoprak. Akting bocah – bocah ini tidak kalah dengan akting orang dewasa.
Lakon
Jaka Kendil menceritakan tentang seorang anak raja yang terlahir cacat karena
akibat keusilan seseorang. Ia bersama ibunya terusir dari istana tersebut.
Karena dia berbadan pendek dia diberi nama Jaka Kendil. Ketika Jaka Kendil
menginjak dewasa, dia suka terhadap salah satu anak raja dan meminta ibunya
untuk di lamarkan. Ketika jaka kendil dan ibunya pergi melamar, mereka sempat
mendapatkan penolakan dari anak-anak raja dari medang kamulan. Tetapi ada salah
satu putri raja menerima Jaka Kendil sebagai takdirnya. Akhirnya Jaka Kendil
menikah dengan salah satu putri raja dari medang kamulan tersebut.
Di
dalam percakapan dialog antar tokoh kethoprak Jaka Kendhil kita bisa mendapati
beberapa tembung estetis seperti, tembung garba, paribasan, bebasan, saloka dan
lain sebagainya.
Pada
percakapan antara prabu dan senopatinya yang membahas tentang perburuannya dihutan, disitu berburu
dikatakan dengan “bedah pikat pados buron
wana.” Tembung ini disebut dengan
tembung.
Terdapat
juga tembung purwakanthi guru sastra yaitu pada dialog “Cikat cakut trengginas.”
Tembung “Ancur tak gawe kalang/galang abang” yaitu tembung
purwakanthi swara. Tembung “Mati giling abang” merupakan salah satu
tembung entar yang ada di dalam percakapan kethoprak bocah tersebut. Terdapat
juga tembung – tembung dasanama seperti, atmaja (anak), sinuhun (raja),
prameswari (permaisuri). Seperti juga dalam menyebut nama Tuhan ada pemilihan
kata seperti “Gusti Kang Akarya Jagad”.
Ketika
sang senopati menyatakan cintanya terhadap keponakannya disana ia
mengungkapkannya dengan kata “Medar rasa
ati” yang masuk kedalam tembung
Ada juga tembung
“Getun kedhuwung” yang masuk kedalam
tembung
Didalam percakapan
atau dialog antar tokoh pada lakon kethoprak Jaka Kendhil ini menggunakan
bahasa yang sederhana namun tidak mengurangi nilai suatu petunjukan kethoprak
tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar