Serat Sudamala
Ranini diruwat oleh Sadewa kembali menjadi Uma, Dewi yang
sangat cantik jelita.
Atas jasa Sadewa, Uma memberi anugerah senjata dan memberi gsebutan Sadewadengan nama Suda Mala yang artinya menghapus wujud yang jahat. karya Herjaka HS R.S. Subalidinata
Ranini datang menakut-nakuti Sadewa, tetapi Sadewa tidak
ketakutan. Ranini minta belas kasihan kepada Sadewa, agar ia diruwatnya. Sadewa
tidak mau karena tidak tahu cara meruwatnya. Ranini marah, Sadewa hendak
dibunuh dengan kapak. Dunia menjadi gempar. Kebetulan Sang Hyang Narada
berkeliling dunia, dilihatnya Sadewa yang terikat dan akan dibunuh oleh Ranini.
Hyang Narada naik ke Kahyangan dan memberi tahu kepada Mahadewa dan Dewa Masno.
Kemudian Mahadewa dan Hyang Narada menemui Batara Guru, memberi tahu tentang
nasib Sadewa.
Batara Guru turun ke dunia menemui Sadewa. Sadewa disuruh
meruwat Ranini, dan Batara Guru akan masuk ke tubuh Sadewa. Sadewa
menyanggupinya. Ranini diminta memperhatikan perintahnya. Kapak minta dilepas
dari tangan, lalu bersiap-siap untuk diruwatnya. Sadewa berdiri tegak
memusatkan kesadaran, berdoa mengucapkan pujamantra. Ditaburkannya beras
kuning, air suci dan bunga ke tubuh Ranini. Ranini menjadi cantik sekali. Wujud
Durga hilang berubah menjadi wujud Uma yang cantik jelita, sempurna seperti
dahulu kala.
Uma ke taman bercermin pada air telaga yang jernih. Ia
menjadi gembira dan mengucapkan terimakasih kepada Sadewa, ia bersyukur
hukumannya telah selesai. Ia merasa berhutang kepada Sadewa. Sadewa disebutnya
Sang Sudamala, karena ia telah menghapus wujud yang jahat. Selanjutnya Sang
Sudamala disuruh pergi ke Prangalas, tempat petapaan Tambapetra. Sadewa
dianugerahi senjata lalu berangkat ke Prangalas.
Kalika minta diruwat juga, tetapi Sadewa tidak mau,
Kalika menemui Semar, ia minta diruwatnya. Semar bersedia meruwat asal
disediakan sajian sebakul nasi, satu daging anjing panggang dengan berbumbu,
dan satu guci tuak. Tetapi kesanggupan Semar hanya tipuan belaka. Setelah semua
permintaan di siapkan, segera dimakan habis oleh Semar. Kalika tidak diruwat,
karena Semar tidak dapat meruwatnya.
Uma kembali ke Kahyangan, Kalika ditinggal di taman.
Kelak Sadewa akan datang untuk meruwatnya.
Sadewa menemui Tambapetra. Tambapetra yang buta datang
dibimbing oleh muridnya. Mereka menyongsong kedatangan Sadewa. Kedatangan
Sudamala di petapaan atas perintah Uma, untuk menyembuhkan penyakit sang
petapa. Sudamala melaksanakan perintah itu. Kemudian Sadewa, berdoa, bunga
ditaburkan dan air suci dipercikan di tubuh sang petapa. Tak berapa lama
kemudian penyakit sang petapa sembuh. Tambapetra dapat melihat dunia seisinya.
Bukan main gembiranya. Dengan tergopoh-gopoh ia memanggil ke dua anaknya untuk
disuruh menghormat kedatangan Sadewa.
Sirih pinang disuguhkannya, kemudian disusul hidangan
tuak, air tape, nasi dan lauk pauk. Mereka makan bersama. Ke dua anak sang
petapa bernama Ni Soka dan Ni Padapa diserahkan kepada Sadewa. Semar iri lalu
berkata kepada sang petapa untuk minta diberi putrid seperti Sadewa. Petapa
Tambapetra menuruti permintaan Semar. Semar diberi abdi wanita bernama Tohok.
Sadewa mempunyai saudara kembar yang bernama Sakula.
Sejak kepergian Sadewa dari istana, Sakula terus mencarinya. Lalu Sakula pergi
ke Setra Gandamayu. Ia berjumpa dengan Kalika. Kalika mengira bahwa yang datang
adalah Sadewa untuk meruwat dirinya. Maka cepat-cepat Kalika menyongsong
kedatangan Sakula. Sakula mengaku bahwa ia bukan Sadewa, tetapi saudara
kembarnya. Maka kemudian Kalika bercerita tentang Sadewa, lalu menunjuk jalan
yang menuju ke Prangalas.
Kedatangan Sakula di Prangalas disambut oleh Semar. Semar
memberitahu kepada Sadewa. Sadewa cepat datang kemudian memeluk saudaranya.
Soka dan Padapa diminta menemui Sakula. Sakula dijamu nasi beserta lauk pauk
dan minuman. Sadewa memberi Soka untuk isteri Sakula.
Kalantaka dan Kalanjaya mengira Sadewa telah meninggal
bersama Sakula. Mereka berunding untuk memusnahkan Bima, Arjuna dan
Darmawangsa. Dilem dan Sangut diminta mempersiapkan prajurit. Perajurit Kalantaka
hendak menyerang Pandawa bersama perajurit Korawa.
Arjuna meyongsong kedatangan musuh. Musuh yang datang
dihujani anak panah, tetapi Kalantaka amat sakti. Bima datang membantu, tetapi
musuh tidak terlawan juga. Bima dan Arjuna mundur dari medan perang. Sadewa dan
Sakula datang ingin membantu saudaranya. Kunti amat gembira. Sadewa telah
kembali. Kedua putra Pandawa itu bercerita perihal nasib mereka.
Kalanjana datang menyerbu, Sakula dan Sadewa menyongsong
kedatangan musuh. Kalanjana mati oleh senjata Sadewa anugerah Uma. Kemudian
Kalantaka juga mati oleh senjata sakti itu. Habislah perajurit Kalanjana.
Sakula dan Sadewa hendak kembali ke istana. Tiba-tiba
datanglah dua bidadara menemui Sadewa. Dua bidadara itu tidak lain adalah
Citragada dan Citrasena, yang semula dikutuk menjadi raksasa Kalantaka dan
Kalanjana. Mereka telah diruwat oleh Sadewa dan berwujud seperti semula.
Sabagai ucapan terimakasih kedua bidadara itu berdoa semoga keluarga Pandawa
panjang usia, hidup bahagia dan sejahtera.
Citragada dan Citrasena kembali ke Kahyangan, Sadewa dan
Sakula kembali ke istana, berkumpul dengan saudara-saudaranya.Sumber Cerita:
Kidung Sudamala, edisi
P.VanSteinCallenfels,1925
Tidak ada komentar:
Posting Komentar