1.
Batasan
dan ciri verba
Verba
dapat didefinisikan secara semantis dan sintaksis. Secara semantis verba adalah
jenis atau kategori leksikal yang mengandung konsep atau makna perbuatan atau
aksi, proses, atau keadaan yang bukan merupakan sifat atau kualitas. Misalnya adus ‘mandi’, mili ‘mengalir’, suwek ‘sobek’.
Verba adus termasuk kedalam verba
aksi, mili termasuk verba proses dan suwek termasuk kedalam verba keadaan.
Sebagai catatan, kata –kata seperti mbanyu
‘berair’ nglenga ‘berminyak’ dapat
berkategori ganda bergantung pada perilaku sintaksisnya. Misalnya, di dalam durung mbanyu ‘belum berair’, durung nglenga ‘belum berminyak’.
Secara
sintaksis verba ialah kategori kata gramatikal yang mempunyai ciri – ciri
sebagai berikut.
1.1 Ciri-ciri
Verba
Ciri-ciri
verba dapat diketahui dengan mengamati 3 hal, yaitu :
1. Perilaku
Sintaksis
Dengan mengamati
perilaku sintaksis verba, akan tampak bagaimana hubungan verba yang menjadi
konstituen sintaksis tertentu (sebagai P) dengan konstituen konstituen lain
yang menyertai atau mendampingi (misalnya S atau O). Bahkan juga menentukan
kehadiran konstituen lain, sejauh mana kadar penentuannya itu. Penentuan
keverbaan dapat dilihat dalam kaitannya dengan hal-hal sebagai berikut:
a. Pengingkaran
terhadap verba memakai kata ora ‘tidak’ , tetapi tidak dapat diingkarkan dengan
kata dudu ‘bukan’. Jadi yang ada semacam
A. Dheweke ora turu
‘Dia tidak tidur’
B. *dhewke dudu turu
‘Dia bukan tidur’
A. Banyune ora mili
‘airnya tidak mengalir’
B.
*Banyne dudu mili
‘ainya bukan mengalir’
b. Sebagai
P verba diikuti oleh kata lagi dalam Makna ‘sedang’(bukan ‘baru’) yang letak
kiri. Jadi, ada bentuk Wibi lagi turu
dan bukan Wibi lagi kancane.
c. Tidak
bisa diuji dengan kata yang menunjukan tingkat (gradasi) misalnyadengan
menggunakan kata rada ‘agak’ banget ‘sangat’,dhewe’yang ter’,luwih ‘lebih’ dan paling ‘yang ter....’
Jadi, tidak ada bentuk
*luwih mangan,luwih mlayu,*luwih
nulis,*paling mangan,*paling mlayu,*paling nulis.
Verba tidak dapat
berangkai dengan kata dhewe ‘sendiri’, sebagai makna superlatif, atau
dengan makna paling ‘paling’. Jadi
tidak ada bentuk separti *mbanyu dhewe,
*ngimpi dhewe, *paling mbayu, * paling semaput.
Verba memiliki fungsi
utama sebagai predikat atau sebagai inti predikat di dalam kalimat meskipun
dapat pula mempunyai fungsi lain.
Contoh :
(1) Dheweke
mlayu
‘dia
lari’
(2) Kayune
kumambang
‘kayu
itu terapung’
(3) Gelase
pecah
‘gelas
itu pecah’
d. Verba
lazimnya dapat diikuti oleh kategori adverbia. Jadi dimungkinkan ada frasa
mlayu banter banget, nulis cepet, mlaku alon-alon, ngguyu kepingkel-pingkel.
e. Verba
memungkinkan munculnya konstituensi lain yang sederajat dengan S atau P itu
sendiri secara sintaksis. Sebagai contoh, ternyata kata wedi’takut’,wani ‘berani’
berbeda kategorinya dengan kata jirih’penakut’
dan kendel ‘pemberani’ meskipun
secara leksikal bersinonim.
2. Subkategori,
Bentuk, dan Sistem Morfologi Verba
Jika
dilihat dari bentuknya, verba padat digolongkan menjadi dua, yaitu verba monomorfemis
dan verba polimorfemis. Verba monomorfemis adalah verba yang terdiri dari satu
morfem, sedangkan verba polimorfemis ialah verba yang terdiri dari dua morfem
atau lebih.
2.1 Verba Monomorfemis
Verba
monomorfemis atau verba satu morfem adalah ferba yang belum dikenai afiksasi
(pengimbuhan), pengulangan, atau pemajemukan.
Contoh
:
Lunga
‘pergi’
Teka
‘datang’
Lungguh
‘duduk’
2.2 Verba Polimorfemis
Verba
polimorfemis dibentuk melalui beberapa proses morfemis, yaitu (1) proses afiksasi
menghasilkan verba berafiks, (2) proses pengulangan menghasilkan verba ulang,
(3) proses pemajemukan menghasilkan verba majemuk, dan (4) proses kombinasi
menghasilkan verba kombinasi.
Bentuk
dasar verba polimorfemis dapat berupa bentuk tunggal, baik bentuk bebas, bentuk
terikat maupun bentuk kompleks. Yang berupa bentuk bebas dapat berkategosi
verba, adjektiva, nomina, atau numeralia.
2.2.1
Verba berafiks
Ada
empat macam verba berafiks. Pembedaan itu didasarkarkan pada macam afiks yang
diletakkan pada bentuk dasar. Macam afiks itu adalah prefiks, sufiks, infiks
dan konfiks.
Proses
prefiksasi menghasilkan verba berprefiks, proses sufiksasi menghasilkan verba
bersufiks, proses infiksasi menghasilkan verba berinfiks, dan proses konfiksasi
meghasilakan verba berkonfiks.
Tabel
5 daftar afiks pembentuk verba
Prefiks
|
Contoh
|
Sufiks
|
Contoh
|
Infiks
|
Contoh
|
Konfiks
|
Contoh
|
di-
tak-/-dak
kok-
a-
ma-
mer-
ka-
ke-
kuma-
kapi-
N-
|
dijewer
takbukak
daktutup
kokjupuk
awujud
mangulon
mertobat
kasiksa
ketutup
kumawani
kapiadreng
njaluk
|
-i
-(a)ke
-a
-an
-en
-na
-ana
|
Ileni
Unggahake
Macaa
Gelangan
Tulisen
Golekna
pethikana
|
-in-
-um-
|
Tinulis
jumangkah
|
di-/-i
di-/-ana
N-/-ana
di-/-(a)ke
ka-/-na
ka-/-ana
-in-/-ana
Tak-/-i
Tak-/-(a)ke
Tak-/-e
Tak-/-ane
Kok-/-i
Kok-/-(a)ke
Ka-/-an
Ke-/-a
-in-/-an
-in/-(a)ke
Ka-/-ake
Kami-/-en
N-/-i
N-/-ake
mi-/-i
|
Dilungguhi
Diwenehana
Maringana
Dilungguhake
katebihna
Kawelasana
Tinimbalan
Takresiki
Taklebokake
Dakopenane
Koktangisi
Koklebokake
Kaparingan
Tinimbalan
Linuhurake
Katibaake
Kamikekelen
Nglungguhi
Nyritaake
Migunani
|
2.2.2
Sistem Morfologis Verba Murni dan Non Murni
2.2.2.1
Sistem Morfologi Verba Murni
a. Sistem
morfologi verba transitif
Kata
kerja transitif dapat dibedakan menjadi kata kerja transitif yang memang kata
kerja asalnya telah transitif dan kata kerja transitif yang baru menjadi
transitif setelah mendapatkan imbuhan. Kata kerja transitif adalah kata kerja
yang dapat mengambil objek dalam kalimat. Jika objek yang mengikuti dua buah,
maka disebutkata kerja bertransitif. Kata kerja asal transitif adalah kata
kerja yang bisa menduduki gatra – gatra berikut.
Bentuk
|
Contoh
|
(N)-L, Nl-i, NL-ake
|
Tuku, nukoni, nukokake
|
(N)L-a, NL-ana, NL-i, tak-NL-ake
|
Tukua, nukonana, nukokna
|
Tak(N)L, tak-NL-i, tak-NL-ake
|
Tak tuku, tak nukoni,tak nukokake
|
di-L, di-L-i, di-L-ake
|
Dituku, ditukoni, ditukokake
|
L-en, L-ana, L-na
|
Tukunen, tukonana, tukokna
|
Tak-L-e, tak-L-ane, tak-L-ne
|
Taktukune, taktukonana,taktukokake
|
di-L-a, di-L-ana, di-L-na
|
Ditukua, ditukonana, ditukokna
|
2.2.2.1.1 Sistem morfologi verba Intransitif
Kata kerja asal intransitif adalah
kata kerja asal yang tidak dapat menduduki semua gatra diatas dan tidak dapat
mengambil obyek dalam sebuah kalimat. Kata kerja intransitif tidak dapat
menduduki gatra –gatra seperti : a-L, L-en, tak L-e, dan di-L-a. Gatra yang
dapat diduduki oleh verba intransitif adalah L-an seperti contoh : aku lagi
turon, aku lagi lungguhan.
2.2.2.1.2
Sistem Morfologi Verba Aktif
Kata kerja aktif digunakan bila subyek
melakukan tindakan sesuatu atau menjadi sesuatu. Dalam kalimat aktif, subyek
yang melakukan tindakan mendapat tekanan, sedangkan yang dikenai tindakan
mendapat tekanan. Kata kerja aktif tibentuk dengan menambahkan awalan N pada
kata kerja asal.
2.2.2.1.3
Sistem Morfologi Verba pasif
Kata kerja pasif dipergunakan
apabila subyek dikenai tindakan. Hanya kata kerja ransitif yang dapat berbentuk
pasif. Dalam kalimat pasif yang dikenai tindakan dengan menduduki kedudukan
subyek mendapat tekanan, sedangkan pelaku tindakan tidak mendapat tekanan.
Imbuhan untuk membentuk kata kerja pasif adala tak, kok, di-, ka-, -in, dan
ke-.
2.2.2.2Sistem
morfologi non murni
A. Sistem
morfologi verba de nominal
wKata
benda dapat bertransportasi menjadi kata kerja dengan mendapatkan imbuhan.
Imubahan – imbuhan yang mengubah kata benda menjadi kata kerja yaitu :
Bentuk
:
|
Makna
|
Contoh
|
Afiks
:
|
|
|
di-
|
(subyek)
dibuat menjadi/dikenai alat/ diberi atau diolesi sesuatu yang dinyatakan pada
bentuk dasar
|
Digulѐ,
digunting, ditѐgel
|
Kok-
|
Menyatakan
perbuatan yang dilakukan oleh orang kedua, baik tunggal maupun jamak
|
Kokgunting
|
a-
|
Memakai
atau memiliki yang dinyatakan pada bentuk dasar
|
Arupa
Awoh
Akudhung
|
Ka-
|
Dikenai
tindakan dengan alat yang dinyatakan pada bentuk dasar
|
Kapanah
Katumbak
Katandhu
|
Ke-
|
Menunjukkan
peristiwa yang diacu terjadi dengan tidak sengaja
|
Kepacul
Kegunting
|
Ma-
|
a.
Pergi kearah yg dinyatakan pada
bentuk dasar
b.
Belajar pada, atau memiliki apa
yang dinyatakan pada bentuk dasar
|
a. Mangulon, mangetan, mangisor,
mandhuwur
b. Meguru
|
N-
|
Melakukan perbuatan, menjadi, naik,
memainkan, melakukan pekerjaan, mengeluarkan benda konkret, serta
mengeluarkan suara yang dnyatakan paada bentuk dasar.
|
Nggulѐ,
nglenga, ngepit, nggitar, nyemir, nyopir, ngendog, ngoceh.
|
Sufiks
|
|
|
-an
|
Memakai sesuatu atau mengadakan
pertunjukan yang dinyatakan pada bentuk dasar.
|
Kalungan,
Wayangan
|
-i
|
Melakukan tindaka yang dinyatakan pada
bentuk dasar secara berulang –ulang
|
Kuncѐni
lawangѐ
|
-(a)kѐ
|
Melakukan perbuatan yag dinyatakan
pada bentuk dasar untuk kepentingan orang lain.
|
Sapok(a)kѐ
latarѐ
|
-ana
|
1. imperatif pasif repetitif dngan
subyek tunggal sebagai sasaran tindakan yangdilakukan berulang – ulang.
2. imperatif pasif repetitif dengan
subyek jamak
3. imperatif pasif objektif
|
1.
sawah iki paculana
2.
lawang – lawangѐ kuncenana
3.
anakmu sarungana
|
-na
|
Perintah kepada mitra tutur untuk
bertindak bagi orang lain.
|
Paculna
|
-a
|
Pakailah yang dinyatakan pada bentuk
dasar.
|
Kalunga
andhuk bѐn anget
|
Infiks
|
|
|
-in-
|
Dikenai tindakan yang tersebut pada
bentuk dasar nomina
|
Ginunting
|
Konfiks
|
|
|
di-/-i
|
Subjek diberi apa yang dinyatakan pada
bentuk dasar
|
Diwedhaki,
diuyahi, dipunpageri
|
di-/-(a)ke
|
Subjek di dalam keadaan yang
dinyatakan pada bentuk dasar
|
Dikandhang(a)ke,
diwadhah(a)ke.
|
Tak-/-i
|
Subjek diberi apa yang dinyatakan pada
bentuk dasar
|
Takwedhaki,
takuyahi
|
Tak-/-(a)ke
|
Saya lakukan tindakan yang dinyatakan
pada bentuk dasar untuk orang lain
|
Daksarung(a)ke,
dakklambek(a)ke
|
Tak-/-ne
|
Saya lakukan tindakan untuk orang
lain.
|
Takbecakne
|
Tak-/-ane
|
Tindakan yang akan dilakukan oleh
orang pertama tunggal untuk kepentingan seseorang latar sesuatu.
|
Takklambenane
|
Kok-/-i
|
Reseptif pasif
|
Kokuyahi
|
Kok-/-ake
|
Benefaktif pasif
|
Koksarungake
|
di-/-ana
|
Meskipun yang dinyatakan pda bentuk
dasar
|
Disapunana
bolak-balik,latar iki reget maneh wong godhong wit kuwi padha rontok
|
N-/-ake
|
Benefaktif aktif
|
Nyarungaken
|
N-/-i
|
Memberi atau memakaikan,melakukan
perbuatan,memasukkan,melakukan perbuatan dengan menggunakan,pada bentuk dasar
|
Nguyahi,ngamplopi,nyulaki
|
A. Verba
de adjektifa
Bentuk
|
Makna
|
Contoh
|
Afiks
|
|
|
di-
|
Subjek dibuat menjadi yang dinyatakan
pada bentuk dasar
|
Diabang
|
Ake-
|
Melakukan perbuatan yang dinyatakan
pada bentuk dasar untuk kepentingan orang lain
|
Dalane
ambakke
|
N-
|
Berbuat menjadi sebagaimanayang
dinyatakan pada bentuk dasar.
|
Ngadoh
|
Sufiks
|
|
|
-i
|
Melakukan tindakan yang dinyatakan
pada bentuk dasar seara berulang-ulang
|
Resiki
mejane
|
-a
|
Meskipun yang dinyatakan pada bentuk
dasar
|
Eleko
kae aku seneng
|
Infiks
|
|
|
-um-
|
Berlagak sebagaimana dinyatakan pada
bentuk dasar
|
Sumugih
|
Konfiks
|
|
|
di-/-i
|
Subjek dijadikan seperti yan
dinyatakan pada bentuk dasar
|
Diresiki
|
di-/-ake
|
Subjek menjadi mempunyai sifat sesuai
dengan yang dinyatakan pada bentuk dasar
|
Dipanasake
|
Tak-/-i
|
Subjek dibuat menjadi yang dinyatakan
pada benuk dasar
|
Takresiki
|
Tak-/-ake
|
Kausatif pasif
|
Taktibakake
|
Tak-/-ne
|
|
Takambakne
|
Tak-/-ane
|
Tindakan yang dilakukan oleh orang
pertama tunggal untuk kepentingan seseorang tunggal
|
Takresikane
|
Kok-/-i
|
|
Kokresiki
|
Kok-/-ake
|
|
Kokdhuwurake
|
Ka-/-na
|
|
Anak
kula katebihna saking bebaya
|
di-/-ana
|
|
Kamar
kuwi diresikana,ora ana sing gelem turu kana
|
N-/-ana
|
|
Ngresikana
wadhah pirang-pirang wong nyatane ora kanggo
|
In-/-an
|
|
Rinegedan
|
Ka-/-ake
|
|
Kajembarake
|
N-/-ake
|
|
Munggahake
|
N-/-i
|
|
Manasi
|
B. Verba
de numeralia
Kata bilangan dapat bertransposisi
menjadi kata kerja dengan mendapatkan imbuhan. Imbuhan-imbuhan yang mengubah
kata bilangan menjadi kata kerja yaitu: pi-L-an, N-L.Contoh: nyatus (satus+N-)
‘memperingati genap seratus hari kematian seseorang.’
nyewu
(sewu+N) ‘memperingati genap seribu hari kematian seseorang.’
mitoni (pitu+N+i) ‘menujuh
bulan kehamilan seseorang.’
C. Verba
de pronominal
Kata ganti dapat bertransposisi
menjadi kata kerja dengan mendapatkan imbuhan. Imbuhan-imbuhan yang mengubah kata ganti menjadi kata
kerja adalah: N-L, N-L-i, di-L, di-L-i.
Contoh:
Adit ngakoni
kesalahane (N+aku+i) ‘Adit mengakui kesalahannya.’
D. Verba
de adverbial
Kata
keterangan dapat bertransposisi menjadi kata kerja dengan mendapatkan imbuhan.
Imbuhan-imbuhan yang dapat mengubah kata keterangan menjadi kata kerja yaitu:
DP-an, N-L-ake, N-L-ke.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar